Plato dan Gurunya


Saya suka banget deh sama cerita Plato ini, isinya tentang cinta dan perkawinan. Mungkin dah pada tau juga kali yah dengan ceritanya, tapi ga da salahnya kali ya kalo saya sharing, hehe…Gini ceritanya…

Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, “Eh, Guru cinta itu apa siyy? Bagaimana saya bisa menemukannya?

Gurunya menjawab, “Hmmm, begini deh…lihatlah ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta” Lalu Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Gurunya bertanya, “Loh kok?? Mengapa kamu tidak membawa satu ranting pun?”

Plato menjawab, “Habisnya…aku kan hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik), sebenarnya sih tadi aku udah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya”

Gurunya kemudian menjawab “Jadi ya… itulah cinta”

Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, “Terus Guru,.. kalo perkawinan itu apa dong? Bagaimana saya bisa menemukannya?”

Gurunya pun menjawab “Eh, kamu lihat sana deh…ada hutan yang subur didepan kaaan?, nah kamu berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, paling segar, paling subur, pokoknya menurut kamu paling yahuud deh, nah ayo kamu lekas pergi sana”

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja. Malah menurut gurunya itu pohon sangatlah biasa saja.

Gurunya bertanya penasaran, “Nah looh? Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?”

Plato pun menjawab, “sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya”

Gurunyapun kemudian menjawab, “Dan ya itulah perkawinan”

4 Comments

  1. lha teruss kalo dia tanya tentang kenikmatan perkawinan itu gimana?

    ReplyDelete
  2. ternyata plato gak pinter-pinter amet ya apalagi dalam mencari istri.....He......

    ReplyDelete
  3. law sekarang kira-kira bisa gak milih calon istri yang paling cocok and aduhai plus gak ngikutin Plato yang kelihatan bingung ketika harus memilih.......?

    ReplyDelete
  4. nendeh andi'nah sapah beih caritah jeriyah coy,he....

    ReplyDelete

Post a Comment

Previous Post Next Post