Tentangku Tentang Kegelisahanku

20 Oktober 2008
01:39


Jarum jam masih menuju ke titik nol ketika aku harus mengatakan dengan sejujur-jujurnya, bahwa pada hakikatnya, jiwaku teramat kosong. Sama seperti angka nol itu. Entah, aku takm begitu yakin bahwa aku benar-benar ada. Tapi, bukankah segala sesuatu selalu bermula dari nol, kosong? Kosong yang di dalamnya mengendap jibunan makna yang seringkali tak terkuak. Di sini, malam kian larut dan bertambah pekat. Tapi, bukankah dari pekat dan gelap seseorang mampu melihat dengan jernih fragmen suasana yang dilihat?

Dari balik gelap, kegelisahan yang meredam jiwa adalah cita. Dari balik sunyi, kekalutan yang menggelayut raga adalah mimpi. Tapi, untuk apa dan mengapa harus mimpi? Ya, mimpi seburuk apapun tetaplah mimpi. Mimpi yang kadang membuatku menggigil kedinginan dan bercucuran keringat. Ah, kenapa harus takut bermimpi? Bukankah hari tidak selamanya malam...

Maka, pada detik ini ku gelayutkan denyar-denyar nafasku pada reriak kata-kata, pada tiap jengkal kalimat yang sesekali menjelma makna yang menyentak-nyentak naluri. Ku hempaskan lelahku pada bait-bait malam, lalu ku hamparkan serajut riwayat yang tercecer di belantara rasa. Ada beragam absurditas yang menghunjam imajiku, ada kedalaman makna yang tak dapat ku selami.

Tak akan ku ceritakan tentang pahitnya sebuah pengorbanan, tentang perihnya kehilangan yang berarak di batas temaram dan menyisakan ngilu menikam di dada. Tak akan. Dalam debur kekalutan tak terkirakan, aku masih tegak berdiri, walau idealisme, hiperbolisme, cita dan cintaku hanyalah sepercik buih di tengah samudera, tapi AKUlah karang itu!

Kebahagiaan, barangkali hanyalah uforia dalam labirin dingin tak bertepi. Tapi akan tetap ku gapai, meski sepertinya mustahil, meski dengan nafas yang tengah-engah, selamanya …


1 Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post