Blog Action Day 2008 ; Blog dan Kemiskinan


Tepat enam hari yang lalu, tanggal 15 Oktober 2008 di seluruh dunia sedang diperingati hari aksi blog sedunia atau dalam bahasa Inggrisnya adalah Blog Action Day 2008. Tema yang diangkat kali ini sangat menarik, yakni tentang kemiskinan.

Kemiskinan, ditelisik dari sudut pandang manapun tetaplah merupakan musuh nyata dalam kehidupan sehari-hari, tetapi justru semakin menyeruak bagaikan benalu yang menggerogoti pepohonan. Kemiskinan, di satu sisi masih menjadi momok bagi masyarakat, tetapi di sisi lain, ia tetap menjadi semacam pijakan apologisme miris yang paradoks. Momok, karena setiap manusia pasti tak ingin menderita kemiskinan. Paradoks, karena bagaimanapun, kemiskinan selalu menjadi senjata ampuh untuk berapologi.

Tengoklah, betapa banyak orang yang ‘lumayan’ mampu, tetapi tetap saja memburu bantuan dari pemerintah? Sehingga dibentuklah panitia pengentas kemiskinan, dengan program zakat pada bulan Ramadhan, beasiswa tidak mampu dan sebagainya. Saat ini, orang banyak yang mengaku tidak mampu, bahkan (mungkin) mereka merasa bangga karena dengan ketidakmampuan mereka, alas an kemiskinan masih efektif untuk dijadikan alat semata-mata.

Tetapi, di luar itu semua, kemiskinan menurut sebagian pengamat social, adalah bentuk konstruksi sistem yang selalu merugikan rakyat keci dan miskin.lihatlah saat ini, yang terjadi adalah yang kaya makin kaya, dan yang miskin semakin miskin. Contoh kecil saja mereka yang berduit mampu membuat banyak mall yang semakin mengantarkan duit datang sendiri ke kantong mereka. Tapi, si miskin yang menjadi pedangang kaki lima selalu kena garuk razia satpol pp lantaran 'mengganggu kenyamanan'.

Si kaya semakin kaya, dan si miskin yang hendak bangun dari kubangan kemiskinan ditekan sedemikian rupa. Mereka yang hendak bangkit dari bawah meskipun berada di jalanan tentunya berharap nasib akan segera berubah. Tentunya tidak ada alasan kenapa mereka selalu berada di jalanan. Selain faktor demand alias kebutuhan masyarakat akan jasa mereka yang tidak pernah akan surut, juga faktor bangkit dari kemiskinan lah yang membuat mereka menjadi kaum yang tak terkena imbas krisis finansial. Mereka tetap akan berjualan terus selama semangat untuk memperbaiki nasib kehidupan tetap ada.

Solusi yang diharapkan dilakukan adalah memberikan tempat yang 'layak dan nyaman' atau memberikan cukup modal untuk membuat tempat yang memang 'layak'. Sementara itu, seharusnya pula bahwa pedagang kaki lima tidak terlalu 'kaku' untuk direlokasi ke tempat yang layak'.

Contoh di atas hanyalah sebagian kecil dari contoh kemiskinan. Mari kita mencoba mengulas dan menguraikan lagi tentang kemiskinan dari perspektif agama (Islam). Ditelisik dari kacamata histories, kemiskinan sejatinya telah menjadi semacam virus yang oleh agama diperintah untuk menjauhinya. Dalam sebuah hadits Rasulullah menjelaskan bahwa “mukmin yang kuat itu lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah”. Tentu saja, diksi hadits ini merujuk pada segala bentuk kelemahan, termasuk dalam harta benda. Kita diperintah untuk menjadi mukmin yang kuat apapun; ilmunya, tidak miskin pengetahuan; hatinya, tidak pemarah dan pendengki; hartanya, tidak selalu meminta-minta (yang merupakan manifestasi kemiskinan. Dalam riwayat yang lain, kita dianjurkan untuk menjadi orang yang selalu memberi (tangan di atas/ al-yad al-‘ulya), bukan yang selalu menerima (al-yad al-suflaa/ tangan di bawah).

Disamping itu, agama juga mengajarkan kita untuk bekerja keras dan tentunya dalam koridor yang telah digariskan. Dia tidak akan merubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu merubah sendiri nasibnya. Disini selain keberpihakan untuk nasib kaum miskin, juga memberikan semangat untuk berjuang mengentaskan diri dari kemiskinan. Dua faktor inilah yang diharapkan mampu memuseumkan kemiskinan dalam kehidupan.

Semoga kita selalu dilindungin oleh Allah dari bahaya kemiskinan ini. Amin ….


Post a Comment

Previous Post Next Post