Doa Sunyi Seorang Ibu

Kasih Ibu sepanjang masa......

Kalau aku merantau/ Lalu datang musim kemarau/ Sumur-sumur kering/ Dedaunan pun gugur bersama reranting/ Hanya mata air air matamu ibu/ Yang tetap lancar mengalir
-- dalam puisi Ibu, D. Zawawi Imron --

Hampir setiap kali saya berjumpa dengan D.Zawawi Imron, si Celurit Emas kelahiran Sumenep, Madura itu dalam banyak pertemuan, baik dalam forum kepenulisan, lokakarya maupun serasehan budaya, beliau selalu diminta peserta dan panitia untuk membacakan salah satu puisinya. Dan "anehnya", puisi yang dibacakan selalu sama, yakni berjudul IBU. Meski tak semagis penghayatan Mas Ivan Kavalera ketika membacakan puisi di program sastra SEMBILU RCA 102,5 FM Bulukumba, tapi sungguh puisi Ibu yang didemonstrasikan beliau benar-benar menggetarkan dinding kesadaran pendengarnya, paling tidak untuk saya sendiri sebagai peserta.

Tentu ada argumentasi tersendiri kenapa Ibu menjadi bagian paling penting dari sisi kepenyairan seorang Zawawi, pikir saya waktu itu. Diksi Ibu seolah menjadi spirit paling purba dari eksistensi perjalanan hidupnya. Ibu adalah mata angin yang menunjukkan keyakinan ketika ia kehilangan arah di tengah badai samudera. "Kalau aku berlayar, lalu datang angin syakal, Tuhan yang Ibu tunjukkan sudah aku kenal.." tulis Zawawi dalam sajaknya.
Maka ketika iseng membuka folder-folder di laptop saahabtku seminggu yang lalu, saya temukan satu file dengan title Video Renungan Umum. Saya pun menyetelnya menggunakan Gom Player. Masya Allah, betapa agungnya cintamu, Ibu, di saat anak-anakmu jarang memperhatikanmu! Seru saya kala itu.

Bila sahabat berkenan, silahkan simak video tersebut di bawah ini.




Dan dibawah inilah teks-teks video di atas.


Waktu engkau berumur 1 tahun
dia menyuapi dan memandikanmu
sebagai balasannya….
kau menangis sepanjang malam

Waktu engkau berumur 2 tahun
dia mengajarimu bagaimana cara berjalan
sebagai balasannya…
kau kabur saat dia memanggilmu..

Waktu engkau berumur 4 tahun
dia memberimu pensil warna
sebagai balasannya…
kau corat-coret tembok rumah dan meja makan

Waktu engkau berumur 7 tahun
dia membelikanmu bola
sebagai balasannya…
kau melemparkan bola ke jendela tetangga

Waktu engkau berumur 10 tahun
dia mengantarkanmu ke mana saja
dari kolam renang sampai pesta ulang tahun
sebagai balasannya…
engkau asyik bermain dengan temanmu
sampai tidak dengar panggilan orang tuamu

Waktu engkau berumur 13 tahun
dia menyarankanmu untuk memotong rambut
karena sudah waktunya
sebagai balasannya…
kau bilang, “Mama tidak tahu mode…”

Waktu engkau berumur 15 tahun
pulang kerja dia ingin memelukmu
sebagai balasannya….
kau kunci pintu kamarmu

Waktu engkau berumur 18 tahun
dia menangis terharu ketika engkau lulus SMA
sebagai balasannya…
kau berpesta dengan teman-temanmu
sampai pagi

Waktu engkau berumur 19 tahun
dia membayar semua kuliahmu
dan mengantarmu
ke kampus pada hari pertama
sebagai balasannya…
kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang
biar nggak malu sama temen-temen
karena orang tuamu jelek

Waktu engkau berumur 20 tahun
dia bertanya, “Darimana seharian ini?”
sebagai balasannya…
kau menjawab “Ah cerewet sih.
Pingin tau urusan anak muda..”

Waktu engkau berumur 25 tahun
dia membantumu membiayai pernikahanmu
sebagai balasannya…
engkau pindah ke kota lain
menjauhi orang tuamu

Waktu engkau berumur 30 tahun
dia memberimu nasehat
bagaimana merawat bayimu
sebagai balasannya…
engkau katakana,
“Sekarang jamannya sudah beda, Ma…”

Waktu engkau berumur 35 tahun
dia menelponmu
untuk diantar ke acara syukuran
salah satu saudara dekatmu
sebagai balasannya…
engkau menjawab, “Aku sibuk sekali.
Banyak kerjaan, Ma..”

Waktu engkau sudah dewasa
dia sakit-sakitan sehingga
memerlukan perawatanmu
sebagai balasannya…
engkau baca tentang
pengaruh negatif orang tua
yang numpang tinggal di rumah anaknya

dan hingga SUATU HARI
dia meninggal dengan tenang
dan tiba-tiba engkau
teringat semua
yang belum pernah engkau lakukan
dan itu menghantam
HATIMU bagaikan pukulan GODAM

MAKA….
JIKA ORANG TUAMU MASIH ADA
BERIKANLAH KASIH SAYANG DAN
PERHATIAN LEBIH DARI YANG PERNAH
ENGKAU BERIKAN SELAMA INI

JIKA ORANG TUAMU SUDAH TIADA
INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA
YANG TELAH DIBERIKANNYA
DENGAN TULUS DAN IKHLAS KEPADAMU
DAN DOAKANLAH
MOHONKANLAH KEPADA ALLAH
AMPUNAN BAGI KEDUANYA

Tak ada kesejatian cinta yang lebih purna dari cinta seorang Ibu, sampai-sampai Rasulullah menggambarkan derajat seorang Ibu tiga kali lipat lebih tinggi dari seorang bapak! Berbahagialah menjadi seorang Ibu, karena di bawah telapak kakainya surga tercipta! Tak perlu kita menunggu perayaan hari Ibu untuk berbakti kepadanya! Saat ini, yakinkan bahwa "Ibu adalah gua pertapaanku, dan ibulah yang meletakkan aku disini saat bunga kembang menyemerbak bau sayang.Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi. Aku mengangguk, meskipun kurang mengerti", sebagaimana selalu diucapkan Zawawi Imron ketika membaca sajaknya di depan ratusan peserta.

Akhirnya, penulis Bantalku Ombak, Selimutku Angin ini dengan apik dan piawai menutup narasi cinta agung seorang Ibu dengan bait-bait terakhir puisinya : ibulah itu/ bidadari yang berselendang bianglala/ sesekali datang padaku/ menyuruhku menulis langit biru/ dengan sajakku...

Post a Comment

Previous Post Next Post