Ketika Sosok Miyabi Diperdebatkan


Dalam manajemen isu, konon, ada diktum menarik yang patut kita renungkan sebagai refleksi fenomena belakangan ini, yakni seputar hot news "kontoversi Miyabi" dan perihal kedatangannya ke negeri ini. Teori ini menegaskan bahwa sekecil apapun sebuah isu, kalau ditanggapi dengan gegabah dan frontal, maka akan semakin membesar dan merajalela. Kasak-kusuk yang sebenarnya biasa akan menjadi isu seksi. Maka adalah hal yang wajar bila ternyata Maria Ozawa atau Miyabi yang dikenal sebagai pemain film porno asal Jepang memiliki popularitas yang luar biasa di Indonesia.

“Ada sekitar 1 juta lebih fans Miyabi di Indonesia dan justru di negara Asia lainnya jarang yang tahu Miyabi,” jelas Rako Prijanto yang telah melakukan riset selama 3 bulan untuk mengundang artis tersebut. Rako yang ditunjuk untuk menyutradarai Film Menculik Miyabi, mengatakan hal tersebut adalah salah satu alasan menjadikan gadis berdarah campuran Jepang, Kanada, dan Perancis ini bermain di filmnya. Sebuah film yang dicanangkan bakal tayang pasca film Maling Kutang.

Kedatangan Miyabi memang bukan sebuah isu. Fenomena Miyabi sudah menjadi booming di dunia maya dan headline sebagian besar media massa negeri ini. Film yang rencananya akan dibackup Maxima Pictures ini memang diproyeksikan untuk menyedot perhatian anak negeri. Dan ternyata benar, banyak kalangan yang tiba-tiba ‘perhatian’ terhadap rencana tayang film ini. Ada yang perhatian sambil mengeluarkan kutukan dan sumpah serapah, ada juga yang cuek bebek, ada pula yang cengengesan sambil tertawa. Inilah Indonesia, negeri yang baru belajar demokratis.

Di Kudus, sebagaimana diberitakan ANTARA News.com, belasan mahasiswa yang berasal dari BEM STAIN, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), dan Mahasiswa Peduli Bangsa (MPB) berunjukrasa menolak kedatangan Miyabi, dengan membakar pakaian dalam wanita, Senin, 12 Oktober lalu. Aksi pembakaran beberapa pakaian dalam wanita itu adalah simbol untuk penolakan kedatangan ikon film porno Jepang itu.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Ad-Interim, Mohammad Nuh, membatalkan kehadiran bintang film berdarah blasteran ini ke Indonesia. Dalam rilis yang diterima KapanLagi.com (Selasa, 13/10), menyebutkan pembatalan itu disampaikan Nuh saat memanggil produser dan sutradara film MENCULIK MIYABI di kantornya di Jakarta.

Jauh sebelum aksi unjukrasa digemborkan mahasiswa Kudus , MUI Medan sudah menyatakan kontra.. “Sampai sekarang baru MUI Medan yang menyatakan tidak akan mengizinkan Film Menculik Miyabi untuk diputar di daerahnya,” kata Rako saat ditemui di Pizza Hut Sarinah. Menanggapi hal itu, Rako menanggapinya dengan santai. Menurutnya ia hanya berkarya, meskipun Miyabi adalah artis porno bukan berarti ia akan menampilkan adegan porno juga.

Sosok gadis yang memiliki tubuh seksi ini memang berani tampil bugil semenjak usianya yang ke 19. Hingga kini, ia masih konsisten membintangi 'film panas'. Dengan modal tubuh molek, nama Miyabi mudah melejit menjadi porn star papan atas dunia. Bahkan, di Jepang ia dianggap sebagai salah satu urban legend film "kesek-kesek" yang paling dibenci kaum moralis itu.

Polemik dan kontroversi pun mencuat ke permukaan. Dan sepertinya, fenomena pro-kontra memang menjadi kodrat alam dan dialektika hidup. Banyak komentar yang mencemooh, meskipun banyak pula yang mendukungnya. Ini terjadi, karena mereka memandang Miyabi plus fenomena kontroversialnya dengan logika dan perspektifnya masing-masing. Inilah barangkali problem mendasar epistemologi subjektivisme ala kaum Shopis itu...

"Kalau memang mau bebas dari pengaruh Miyabi, ya perkuat diri , anak-anak, keluarga dan lingkungan kita", kata sebagian komentar. "Sudah biarkan saja. Biarkan masyarakat yang menilai. Jika orang tidak suka filmnya juga tidak laku kok,” kata komentator yang lain.

Ya, masih banyak "PR" bangsa yang lebih urgen daripada hanya sekedar memikirkan sesosok Miyabi. Wake up, dan cobalah lihat di sekitar kita. Tanpa kedatangan Miyabi pun, begitu mudah mencari "Miyabi-miyabi" lain di internet atau di pinggir-pinggir jalan. Bahkan sudah disediakan di losmen-losmen kelas amatiran dan kelas eksklusif dengan legalitas yang sempurna. Di jagat underground, begitu banyak pemain-pemain kelas teri maupun kelas kakap yang seolah tidak pernah kita persoalkan. Ribut soal Miyabi hanya akan mempromosikan "kemolekannya", dan orang yang sebelumnya tidak pernah mendengar namanya, malah penasaran mencarinya.

Sejatinya, Miyabi hanyalah satu dari sekian ribu porn star yang sedemikian mudah bisa kita cari dari meja kita sambil minum kopi, atau berpanas besimbah peluh datang ke losmen-losmen dan pinggiran rel. Perkuat diri, kokohkan keimanan kita dan generasi bangsa, karena untuk melawan porngrafi adalah dimulai dari diri sendiri, dari lingkungan kita sendiri. Masih berjibun persoalan bangsa yang musti diselesaikan daripada hanya membayangkan desahan Miyabi yang menggetarkan… 14 Oktober 2009

Post a Comment

Previous Post Next Post