Tuhan, Kuatkan Aku... (Catatan Seorang yang Kehilangan)

Tuhan, kuatkanlah aku, keimananku, dan segalanya tentangku....

Itulah doa yang saya panjatkan untuk menghibur ketakberdayaan jiwa ini menghadapi gelombang hidup. Bagaimana pun, ini hanyalah sederetan kata-kata yang barangkali belum mampu mewakili satu dari sekian miliyar ketakberdayaan untuk sekedar menentukan keinginan dan harapan. Dan hanya karena harapan itulah saya masih pura-pura mampu untuk selalu tegar dan tetap menyungingkan senyum di saat-saat yang merapuhkan dan menenggelamkan....

Ini adalah teguran Tuhan, batinku berteriak. Tuhan telah menegurku agar hati-hati dalam memegang amanah. Ya, ini hanya tangisan seorang Baha (begitu sahabat memanggilku), yang barangkali kalian anggap sebagai sahabat. Tangisan yang diluapkannya dengan butiran kata-kata. Maka saya tidak berusaha mendramatisir keadaan sehingga sahabat sekalian terguguah atau bahkan menangis membaca goresan kecil ini. Tidak. Sama sekali tidak. Saya kisahkan kejadian ini karena saya merasa memiliki sahabat. Sahabat yang kata-katanya selalu menghiburku, men-support-ku, melecutkan semangatku untuk tetap bertahan hidup, agar tetap mengeksplorasi eksistensi yang dianugerahkan Tuhan.

Sebagai mahasiswa rantau, saya berusaha tegar menjalani setiap jengkal kehidupan. Dan berangkat ke Surabaya dengan modal pas-pasan adalah pilihan yang dipaksakan. Maka, setiap paruh malam, saya habiskan waktuku sebagai karyawan di SMART Net, tempat saya menggapai mimpi dan mengais hidup. Saya pun kenal dengan istilah blog, milis, googling dan semacamnya, meski jurusan saya adalah Pendidikan Bahasa Arab (PBA), sebuah jurusan yang identik dengan kaidah-kaidah Nahwu-Shorrof dan menuntut mahasiswanya bergelut dengan kitab-kitab kuning...

Maka adalah kiamat besar ketika musibah itu terlanjur terjadi. Betapa saya tidak pernah membanyangkan harus mengganti sesuatu yang tidak pernah saya miliki. Berangan untuk memilikinya pun rasanya terlampau jauh. Jangankan laptop seharga jutaan rupiah, komputer pun tak punya. Maka menjadi karyawan warnet adalah anugerah terbesar dalam perjalanan kuliahku di Surabaya. Saya tidak harus menyewa rental untuk mengerjakan tugas kuliah yang berjibun. Kadang saya berfikir, betapa enaknya menjadi mahasiswa yang berkecukupan, tiap bulan punya jatah kiriman dari orang tua, nonton bioskop tanpa rasa khawatir kekeringan uang makan, shopping di mall-mall tanpa lihat harga kayak orang-orang Cina yang tajir.

Dulu, sebelum bekerja di warnet, saya selalu menangis ketika melihat sahabat sekontrakan bergurau, tidur-tiduran, sementara saya harus berangkat ke rental PS (Play Station) CLEVER dengan berjalan kaki, dari pukul 8 pagi sampai jam 2 siang. Kadang saya masuk sore dari jam 2 sampai jam 10 malam, jika kebetulan ada kuliah pagi. Hanya karena harapan dan mimpilah yang membuat saya "pura-pura" semangat dan tetap tegar menjalaninya. Dan saya selalu tersenyum dengan mengingat orang-orang yang masih jauh lebih "sengsara", menjadi rakyat miskin kota yang teraniaya. Ya, saya belum apa-apa dibanding mereka yang begitu tegar menghadapi hidup di belantara metropolitan.

Tapi musibah bukan akhir dari dunia, hatiku menghibur. Saya memang harus mengganti sekian juta atas kelalaianku. Saya harus banting tulang, memeras lelah untuk bisa melunasi hutang "dadakan" yang menerpaku. Tapi saya masih punya banyak sahabat yang akan menghiburku, menyemangatiku, menyuguhkan saran dan kritik. Saya hanya tidak bisa membayangkan, bagaimana terkejutnya Ibuku di ujung timur pulau Madura sana ketika mendengar penuturanku.

Ah, Tuhan telah mengajari kita arti memiliki dan kehilangan. Meski dalam kasus ini, saya tidak pernah memilikinya namum tiba-tiba menghihlangkannya. Tiga hari yang lalu, saya menulis tentang Nasehat Seorang Sahabat. Dan sepertinya, Tuhan telah mengujiku dengan musibah ini, seberapa kuat saya bisa menghayati makna kata-kata yang saya tulis itu, lalu memperjuangkannya. Ya, perjuangan adalah melaksanakan kata-kata, tulis WS. Rendra dalam salah satu sajaknya.

Note : Tulisan di atas adalah luapan emosi setelah kemarin (Jum'at, 13 November 2009) saya kehilangan laptop yang saya pinjam dari seorang sahabat. Doakan ya, semoga laptopnya cepat ditemukan, karena doa sahabat yang jauh adalah mustajabah (terkabulkan). Amin...

Post a Comment

Previous Post Next Post